Jalan Menuju Sukses


D
i suatu pagi yang cerah, penuh dengan awan bersih, aku merenung sendirian dalam asrama. Aku sedih, saat teman-teman tidak ada yang menemaniku, mendengarkan curhatku, teman-teman lagi asyik ngobrol, ada juga yang ngantri mandi, aku terbangun dari lamunanku,ternyata jam sudah mennunjukan jam 07.00, saatnya berangkat ke sekolah, aduh belum mandi nic, gimana ! apalagi hari ini kena piket jaga parkir di sekolah, telat ! denda dech. Hehehe... Sambil ngantri giliran, aku belajar karena hari ini ada ujian, akhirnya temanku keluarkeluar dari kamar mandi. Dia berteriak, ‘Riska....mandi” selesai mandi aku pun makan, shalat dan pergi ke sekolah. Aku pergi ke sekolah dengan jalan kaki lantaran jarak antara sekolah dengan sekolah sangat dekat. Aku berjalan dengan sangat cepat, tiba-tiba..... terdengar dari belakang memanggil-manggil namaku “Riska......” ku kira siapa, ga taunya temanku yang dari luar, ‘bareng yuk’ iya jawabku, kami pun bersama-sama pergi ke sekolah dengan rasa gugup dan khawatir. Gimana ya hari ini ujiannya, dalam hatiku, Akhirnya selesai juga ujian. Hmmmm... gimana ya hari ini, sukses bagat ujiannya. Hehehehe.
Malam pun tiba dan pagi pin menjelang, menyiksa bagaikan petir menyambar. Hujan tadi malam,  menguras kegundahan di dku malam hati. Detik demi detik, ku mulai terbangun dari lamunanku, ohhh.... aku hari ini sekolahsudah jam 07.00 kakak Asramaku menasehatiku, riska jangna sedih, lupakan saja yang tadi malam, rasanya sulit untuk melupakan kejadian tadi malam. Aku seorang santri takhfidz di jawa, aku sudah dua tahun tinggal dan sekolah di jawa, Aku sulit menghafal dan menerima pelajaran sering aku kena marah, karena ga hafal dan setor, dapat marahan di sekolah bahkan kena hukum gara-gara enggak hafal.
Pada suatu aku pulang ke rumah, untuk mengikuti sebuah perlombaa mewakili daerahku, tapi akhirnya aku kena hukum pulang ke pondok. Pernah aku berfikir untuk pindah sekolah ke surabaya, tapi orang tuaki tidak mengijinkannya, ingin rasanya aku dari sini, Aku setahun di sini, Aku menangis terus-menerus, tiba-tiba sahabatku mengejutkan ku mulai belakang ‘Riska” Kenapa kamu menangis..” namanya zahra, dia sahabatku di asrama, aku ga mau cerita ma dia, Aku ga mau sampai orang tau tentang kesedihanku, biar saja yang yang tau cukup aku dan Allah.
Waktupun telah larut, Aku dipilih jadi anggota OSIS di sekolahku, Aku senagn menjadi anggota OSIS, kerena itu cita-citaku mulai SD. Walaupun aku sudah menjadi OSIS, hukuman itu tetap aku jalani, Aku dengan sabar menghadapi hukuman itu. Mungkin itu kesalahanku, walaupun sakitnya hari ini dan air matataku dapat di bendung lagi, dalam hatiku berkata “riska jangan sampai kau mengecewakan kedua orang tuamu, kamu harus bisa menghadapi cobaan ini”, Hari demi hari ku jalani hukuman itu, sampai pada suatu hari ibuku datang ke pondokku, menanyakan kabarku dan menjengukku.
“Riska, bagaimana kabarmu ?” kata ibuku.
Curhat“Alhamdulillah baik-baik saja bu” Jawabku, “Akan tetapi, aku tidak bisa menahan air mataku, aku menangis di hadapan ibuku, ibuku tak percaya kalau aku baik-baik saja, “Riska, kenapa kamu menangis, jangan bohong sama ibu, ibu tahu sifat kamu itu bagaimana kalau lagi senang atau sedih, ada apa Ris?” tanya ibuku. Akhirnya aku pun menjawab pertanyaan ibuku, meskipun aku harus bohong, karena aku tidak ingin membuat ibuku sedih. “aku di sini bahagia bu, sampai kebahagiaanku, air mata ini tidak dapat ditahan lagi, terima kasih ibu, karena ibu aku bisa berada di sini.” Dan ibuku menangis, kemudian akupun bertanya kepada ibuku, “Ibu kenapa menangis?”, “Ibu menangis bukan karena apa-apa, tapi ibu menangis karena kamu sudah mendapatkan yang kamu impikan selama ini, Ris, .... ingat ya pesan ibu, jangan pernah putus asa mengahadapi cobaan, ingat kata ayah kamu, ‘mau sukses itu ada rintangannya’”.
“doakan aku ya bu, semoga aku bisa sabar menghadapi cobaan ini”.
Walaupun telah tiba, Ibuku garus pulang ke rumah, sebelum pulang ke rumah ibuku kembali berkata kepadaku” Nak, jangan lupa shalat dan minta sama Allah apa yang kamu inginkan. Allah itu tau aoa yang ada dalam hati kamu, ibu dan ayah akan selalu mendo’akanmu. “Ibuku pun pulang, perjalanan ibuku pulang lebih 4 jam, sebelum naik taxi, Ibuku memelukku dan menciumku, Aku pun tak bisa menahan Air mata, langkah demi langkah aku pulang ke asrama dengan air mata.
Waktu terus berjalan, hari demi hari telah aku lewati, sampai pada akhirnya aku pun lulus sekolah dengan nilai terbaik. Alhamdulillah aku mendapatkan beasiswa ke mesir, derai demi derai air mata bahagia tak bisa aku menahannya. Ibu dan Ayahku datang ke pondokku. Mereka bertanya kepadaku”gimana hasilnya, Nak ? Alhamdulillha bu aku lulus dengan nilai terbaik dan aku mendapatkan beasiswa ke mesir, jawabku. Ibu dan Ayahku bahagia akhirnya cita-cita tercapai untuk ke mesir, ibu, Ayah, Aku di sana nanti akan mengambil jurusan syari’ah, karena aku ingin membawa daerah kita ke arah yang lebih baik, kerena di daerah kita ke arah yang lebih baik, kerena di daerah kita banyak yang membuang ilmu agama. Ibu dan Ayahku, memberi semangat  “riska kamu pasti bisa’ Ayah ibuku tersenyum melihat aku berangkat ke mesir. 6 tahun kemudian aku datang dengan gelar Lc. Cobaan yang begitu berat bagiku, sakit hati yang mendalam yang pernah aku alami, Akhirnya kesuksesan aku temui.. Aku bangga telah jadi S1, tapi aku pengen dapat gelar doktor, agar orang dan keluargaku bangga pada diriku, walaupun jasa mereka tidak dapat terbalas. Aku pun mengambil s3 ke ke Amerika, Aku pun lulus dengan nilai terbaik dan mendapat gelar doktor, impian yang tak terduga, Aku pulang ke Indonesia dengan membawa kabar gembira kepada keluargaku. Ibu dan Ayahku tak dapat lagi menahan air mata, mereka menangis sambil memelukku ‘Ibu dan Ayah bangga melihat kamu seperti ini’. Kesuksesan  ku tidak lepas dari do’a Ayah dan ibu.
Hidupku sangat bermakna mulai dari kesusahan, sakit hati, dapat hukuman sampai aku sukses sekarang. Aku sangat memaknai hidup, meskipun makna hidup itu penuh dengan kesedihan , tapi akhirnya aku mendapatkan kesuksesan yang tidak terduga.
^ The End.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar