Di
salah satu sudut sebuah toko keramik, terdapat sebuah cangkir keramik yang
sangat indah dan bernilai tinggi, karena cangkir itu penuh dengan cita rasa seni
yang sangat tinggi, begitu indah, memukau. Sayang, harganyapun selangit,
mungkin hanya segelintir orang yang mampu memilikinya.
Suatu saat, ada seorang gadis cantik yang
terpesona akan keindahan cangkir tersebut. Ia berjalan mendekati etalase kaca
sambil berkata “Subhanallah, teramat cantik cangkir ini, seumur hidup, inilah
cangkir terbaik yang pernah aku lihat!” saat si gadis bermain dengan
imajinasinya, tiba-tiba cangkir itu berbicara, “Terimakasih atas perhatiannya
wahai gadis cantik. Tapi perlu kamu ketahui bahwa sebelumnya aku tidak cantik.
Sebelum menjadi cangkir yang dikagumi, aku hanya seonggok tanah liat di pinggir
sungai, bercampur dengan kotoran dan lumpur. Kemudian suatu hari, seorang
bertangan kotor, berbadan besar dan mengerikan mengambilku dengan kasar dari
pinggir sungai dan melemparku ke sebuah roda berputar.
Kemudian
dia memutar-mutarku hingga aku merasa pusing, “Stop! Stop! Berhenti!” teriakku,
tapi orang itu berkata “Belum” lalu ia mulai meninjuku berulang-ulang. “Stop!
Stop!” teriakku lagi. Tapi orang itu masih saja meninjuku tanpa ampun, tanpa
menghiraukan teriakanku, bahkan lebih parah lagi, dia memasukkanku ke dalam
perapian. “Panas! Panas!” teriakku keras, “Stop! Ampun! Apa salahku padamu?”
“Stop! Cukup!” teriakku lagi. Tetapi orang itu berkata “Belum!”.
Akhirnya ia mengangkatku dari perapian dan
membiarkanku hingga dingin. Kupikir pederitaanku berakhir . oh, ternyata belum.
Setelah dingin aku diberikan kepada seorang wanita dan ia mulai mewarnaiku.
Asapnya begitu memualkan, “Stop! Stop!” aku berteriak, tapi wanita itu tidak
peduli, sambil berkata “Belum!”.
Lalu ia memberikanku pada seorang pria kasar,
pria yang sangat kubenci! Ia memasukkanku kedalam perapian yang lebih panas
dari sebelumnya. “Tolong! Hentikan penyiksaan ini! Apa salahku pada kalian?
Ampun!” Tapi mereka todak peduli dengan teriakakku, hingga akhirnya mereka
mengangkatku dan membiarkanku dingin.
Setelah benar-benar dingin, seorang wanita
cantik mengangkatku di etalasi kaca ini. Di sini aku melihat diriku dan
terkejut. Aku hampir tidak percaya kerena aku yang hanya tanah liat tak
berharga berubah menjadi sebuah cangkir yang bernilai tinggi. Hilang sudah
dendamku pada para perajin itu, ingin aku mencium tangannya yang telah
menjadikanku cangkir seperti sekarang.* (El-Hakim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar