Perkenalan KH. DR. Idham Chalid
Kiai Idham
yang lahir pada tanggal 27 Agustus 1922 di Setui, dekat kecamatan kotabaru,
bagian tenggara Kalimantan Selatan, adalah anak sulung lima bersaudara dari
pasangan H Muhammad Chalid, penghulu di setui dan seorang Islam tradisionalis
yang belajar banyak tentang ilmu-ilmu Islam dari Kiayi-kiayi Tradisionalis di
Amuntai dan pengikut tarekat yang taat dengan Hj. Umi Hani.
Kecerdasan
Idham Chalid sejak kecil karena memang beliau gemar membaca sejak sekolah melayu,
utama dari buku-buku yang disediakan Volks Bibliotheek, sehingga hapal banyak
nama pengarang yang dikagumi.
Tahun 1933
Idham Chalid bersekolah di Sekolah Melayu (Vervolgschool) di Ujung Murung yang
tentu banyak mengajarkan agama Islam. Dan kegemaran beliau membaca terus
tumbuh, disaat ini beliau sudah bersentuhan dengan NU dengan
berlangganan “Berita NU” dan mengaji duduk dengan para kiayi Amuntai yang
notabenenya saat itu adalah kiayi NU.
Pada tahun
1934 beliau melanjutkan studi ke Madrasatur Rasyidiyah (sekarang PonPes RAKHA) dan
disini beliau menerima pengajaran kitab-kitab klasik (merupak ciri khas Ponpes
NU) disamping sorenya juga tetap aktif ngaji duduk (juga kitab-kitab klasik)
dengan kiayi-kiayi.
Pada
tahun1937 beliau mengaji (juga kitab-kitab klasik) di Negara dengan banyak kiayi-kiayi disana, dan
disinilah beliau mulai tertarik dengan NU melalui gerakan ANSOR, setelah beliau
mengenal Syayyid Abu Bakar Al Idrus salah seorang pengurus NU
Kal-Sel waktu itu.
Sekitar 8 bulan
beliau mengaji di Negara, beliau kembali belajar di Madrasatur Rasyidiyah di
Amuntai, dan setelah menamatkan sekolah disini, pada tahun 1938 beliau bersama
7 orang teman melanjutkan studi ke Pondok Modern Gontor Ponorogo, dan beliau
diterima di kelas I Kuliyyatul Mu’allimin al Islamiyah
(KMI) atau Sekolah Pendidikan Guru Islam, dan di Pesantern ini beliau diajari
secara praktis kemampuan berorganisasi dan berpidato, sangat
Nasionalisme serta bersentuhan dengan arti politik dari kuliah Subuh KH Ahmad
Sahal saudara dari KH Imam Zarkasyi, yang kemudian banyak mempengaruhi jalan
hidup beliau. ( Muddasir; 2008; hal. 79-89)
“Guru itu digugu dan
ditiru, karena itu tingkah laku saya harus dapat dijadikan contoh oleh
murid-murid saya” begitu bunyi penggalan tulisan kenangan KH Idham Chalid,
tentang masa-masa awalnya mengajar di Ponpes Modern Ponorogo di Tahun 1942.
Prolog
KH.
DR.IDHAM CHALID, Merupakan salah seorang putera terbaik bangsa Indonesia yang berasal dari Kalimantan Selatan, adalah tokoh
pendidik, yang menyatu dalam pribadi beliau. Dengan demikian tentu saja banyak
hal yang diperankan dalam meniti tugas jabatan dan amanah yang diembannya
dengan penuh keikhlasan dan tanggung jawab.
Nilai
perjuangan yang beliau torehkan terhadap bangsa ini , baik lokal, regional,
nasional bahkan internasional serta pengabdian dan pengorbanan yang beliau
persembahkan begitu banyak. Juga dalam hal memberikan ide ide
pemikiran dan jasa-jasa semasa hidup KH. DR. Idham Chalid tidak perlu
dipertanyakan lagi, sebab sudah banyak sekali jasa-jasa
beliau dalam perubahan pembangunan bangsa Indonesia termasuk
pembangunan daerah Kalimantan Selatan.
Presiden
Susilo Bambang Yudoyono mengatakan, Idham Chalid seorang tokoh besar,
dengan pikiran besar dan jasa sangat besar. Jasa KH. DR. Idham Chalid terlalu
banyak untuk diungkapkan dalam bidang pemerintahan, kehidupan Negara serta
kemajuan serta berpikir ummat Islam. Beliau juga sebagai tokoh arsitek yang
dengan kearifan luar biasa ikut menata kehidupan partai politik dan diterima
dengan ikhlas oleh semua pihak.
Selama ini
KH. DR. Idham Chalid tercatat paling fenomenal, paling terkenal dan paling lama
berkiprah diberbagai ranah pengabdian, baik sebagai pejabat Negara, politik,
tokoh pergerakan dan pendidikan. Berkat jasa-jasa dan pengabdian beliau yang
begitu besar terhadap bangsa dan Negara serta peran diplomasinya didunia
internasional, maka wajarlah jika berbagai lapisan elemen masyarakat, tokoh
masyarakat, tokoh ulama, tokoh politik, tokoh pendidikan maupun Pemerintah Daerah
mengusulkan kepada Pemerintahan Pusat, agar KH. DR.
Idham Chalid ditetapkan dan mendapatkan gelar sebagai “PAHLAWAN NASIONAL” dan kini
Alhamdulillah beliau telah ditetapkan sebagai pahlawan Nasional Republik
Indonesia oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono pada hari pahlawan kemarin,
inilah yang patut kita syukuri bersama sebagai keluarga besar RAKHA Amuntai.
Tokoh
Nasional dan Internasional
KH. DR. Idham
Chalid, sebagai tokoh Nasional, yang secara terus menerus tiada terputus dan
secara berlanjut berada dalam lingkaran kekuasaan atau lembaga Negara//Pemerintahan
baik Lembaga Eksekutif, Lembaga Legislatif
maupun Lembaga Non Departemen selama 36 tahun (1945-1985). Juga sebagai ketua
Umum PBNU (Tanfidziah) secara terus menerus berkesinambungan selama 28 tahun (1956-1984).
Menurut
catatan kalau tidak keliru, bahwa di Indonesia hanya ada dua orang tokoh
Nasional, yang berkiprah dalam Lembaga Pemerintahan dan Lembaga Non Departemen
secara terus menerus dan berkesinambungan
selama 36 tahun (1945-1985) adalah KH. DR. Idham Chalid dan DR. H.
Ruslan Abdulgani.
Seperti KH. DR. Idham
Chalid, sejak 1949, Anggota Dewan Banjar Kalimantan Selatan Fraksi Reepubliken;
1950-1956 (Anggota DPR RIS, Anggota Konstituante, Anggota Parlemen NKRI);
1950-1956 (Wakil Perdana Menteri II merangkap Menteri Veteran, merangkap
Menteri Penerangan, Menko Kesejahteraan Rakyat (KESRA) dan Menteri Sosial.
Tahun 1959-1960 Wakil Ketua MPRS, Anggota DPA; Tahun 1971-1977 Ketua MPR/DPR
RI, Ketua DPA; Tahun 1984-1985 Anggota Tim penasihat Presiden mengenai
Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila (P7) dan konsultan
BP-7 Pusat sebagai tugas terakhir bersama DR. H. Ruslan Abdul Ghani sampai
dibubarkan BP-7.
Tahun
1960-1963 Wakil ketua MPRS, dengan kedudukan sebagai Menteri Kabinet Kerja III.
Tahun 1963-1964 Wakil ketua MPRS dengan kedudukan sebagai Menko Kabinet Kerja
IV. Kabinet Dwikora yang disempurnakan, Wakil ketua MPRS, Menteri bidang utama
Politik, merangkap Menteri tenaga kerja. Tahun 1966 Wakil Perdana Menteri II
Bidang Hubungan Lembaga Tinggi/Tertinggi Negara Kabinet Dwikora yang
disempurnakan lagi. Tahun 1966-1967 Menteri Utama Bidang Kesra Kabinet Ampera,
Ketua Badan Pertimbangan Penanggulangan Bencana Alam Nasional. Tahun 1967-1968 Menteri Negara Kesra dalam Kabinet Ampera yang
disempurnakan. Tahun 1968-1973 Menteri
Negara Bidang Kesra Dalam Kabinet Pembangunan I, Menteri Sosial Kabinet
Pembangunan I. Tahun 1971-1977 Ketua DPR RI, Ketua MPR RI. Tahun 1978-1983 Ketua Dewan Pertimbangan Agung RI. Tahun 1984
Anggota Tim Penasihat Presiden mengenai Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila (P7) Tahun 1985 Anggota Dewan Pertimbangan Majelis Ulama
Indonesia (MUI).
Dengan demikian, KH. DR.
Idham Chalid yang bisa bertahan ditiga zaman, yaitu Kemerdekaan, di era Pemerintahan
Bung Karno dan di era Pemerintahan Pak Harto.
Sosok HK. DR
Idham Chalid cukup terkenal didunia Islam, sebagai tokoh utama dan cendekiawan
Muslim bertaraf Internasional, seperti:
ü Pernah
memegang Pimpinan Organisasi Islam Internasional, yaitu Presiden Organisasi
Islam Asia Afrika
ü Ketua
Pimpinan Nasional Missi Islam
ü Menerima
Anugerah gelar DR Honoris Causa dari Universitas Al-Azhar Cairo Mesir
ü Menjalankan
misi Diplomatik ke Arab Saudi, menyampaikan ucapan terima kasih kepada
Negara-negara Arab atas uluran tangan, khususnya Mesir dan Arab Saudi At
Tadamuna(Islam, Solidaritas Islam, Ukhuwah Islam selama perjuangan melawan
Penjajahan).
ü Kelihaian
beliau berkomunikasi menjalankan misi diplomatiknya, berhasil meyakinkan
para pajabat Arab Saudi, bahwa bagi jamaah Indonesia
diberikan dispensasi biaya masuk setiap jamaah seharusnya membayar sekitar 175
Riyal, namun oleh Raja Abdul Azis membebaskan 100%.
ü Pemerintah
Indonesia menunjuk coordinator Pimpinan Haji sekarang Amirul Haj, beliau
merupakan perintis awal penyelenggaraan haji pemerintah Indonesia.
ü Juga
beliau menguasai enam Bahasa, yakni Bahasa Arab, Inggris, Belanda, Jepang,
Perancis, dan Jerman. Menurut Bapak DR. H. Ruslan Abdulgani pernah mengatakan,
bahwa KH. DR. Idham Chalid tidak hanya diakui sebagai tokoh Nasional akan
tetapi jugan dikenal sebagai tokoh Internasional.
Riwayat Singkat Perjuangan
Pada masa
revolusi kemerdekaan pak Idham Chalid ikut berjuang merebut kemerdekaan. Pada
umur 27 tahundan masih muda, dengan tekad bahwa ia berjuang untuk bangsa dan
Negara, karena Allah. Itu sebuah semangat yang tak pernah padam dan tak pernah
putus asa.

Sebagai
resiko perjuangan pernah beliau ditahan Belanda sekitar tahun 1947-1949 di sel
tahanan/penjara di Amuntai, Kandangan dan Banjarmasin. Beliau selama ditahan
dikandangan selama 40 hari mengalami penyiksaan cara Belanda.
Beliau
disiksa dan pernah diestrum sekitar satu menit lamanya, itu sebabnya tubuh
beliau diwaktu tua, terasa lemah akibat cidera punggung tulang belakang.
Ada peristiwa sewaktu
beliau dalam tahanan kandangan, bahwa besok hari beliau akan dikirim keakhirat
artinya beliau akan dihukum mati pada besok harinya, sedang kawan-kawan dikamar
sebelah beliau dalam tahanan sudah ada ditembak mati.
Pada malam
itu beliau membaca Istighfar lantas berwudhu, setelah sembahyang isya, shalat
hajat 40 kali atau 82 rakaat ditambah witir 3 rakaat, jadi 85 rakaat. Juga pada
malam itu beliau bermimpi bertemu dengan baginda Rosulullah SAW. Alhamdulillah
waktu pagi tidak terjadi apa-apa.
Dan
Alhamdulillah pada awal bulan Nopember 1949 dibebaskan atas upaya diplomasi
dari Mayor Jenderal Soehardjo dan Kolonel H. Hasan Basri, Komandan ALRI Divisi
IV/Kalimantan.
Peduli Pembangunan Dunia Pendidikan
KH. DR. Idham
Khalid dalam dunia pendidikan memiliki kiprah yang luar biasa terhadap
perkambangan pendidikan Pesantren amat besar sekali, baik untuk di banua
ataupun didaerah lain.Mendirikan pondok pesantren merupakan langkah
perjuangan sebagai ibadah. Beliau
memiliki idealism dalam pendidikan untuk mencerdaskan kahidupan anak-anak bangsa.
Sekitar tahun
1955 beliau mendirikan Lembaga Pendidikan Islam yang bernama Perguruan Darul
Ma’arif, di daerah cipete selatan, tepatnya di jalan Rumah sakit Fatmawati 45
Cipete Selatan Jakarta Selatan.
Setelah perguruan Darul
Ma’arif beliau juga mendirikan lembaga pendidikan Darul Qur’an pada tahun 1960
yang disertai pendirian rumah yatim di Cisarua Bogor Jawa Barat.
Pada tanggal
12 Rabiul awal 1347 H bertepatan dengan tanggal 13 Oktober 1922 M. oleh tuan
guru H. Abdurrasyid, Alumnus Universitas Al Azhar Cairo Mesir, Menyelenggarakan
pendidikan Agama yang diberi nama “Arabische School”.
Bahwa KH.
Abdurrasyid merupakan putera pertama Kalimantan Selata yang belajar di dalam
sejarah Universitas Al Azhar, sehingga mendapatkan Syahadah Al Alamiyah Lil
Churraha di penghujung tahun 1922. Tahun 1931 nama Arabishce School diubah
menjadi perguruan Al Madrasatul Rasyidiyah
Pada tanggal
9 April 1945 kepemimpinan dipegang oleh KH. DR. Idham Chalid dimana nama
perguruan Ma’had Rasyidiyah menjadi
Perguruan Normal Islam Amuntai.
Pada tanggal
11 Agustus 1966 Pesantren ini ditetapkan menjadi Pondok Pesantren Rasyidiyah
Khalidiyah Kalimantan Selatan.
Dalam upaya
pengelolaan dan pengembangan Pondok Pesantren Rasyidiyah Khalidiyah Amuntai
Kalimantan Selatan, dengan ketua dewan pimpinan KH. DR. Idham Chalid hingga sekarang
ini.
Bercita-citalah yang pasti
KH. DR. Idham
Chalid, baik sebagai direktur Normal Islam Amuntai dan guru Agama pada sekolah
negeri di Amuntai sekitar tahun 1946 dan 1947, beliau sering menyakan kepada
santri dan murid-muridnya apa-apa cita-cita kalian yang ingin dicapai, apabila
sudah besar?
Para santri
atau mirid-murid menjawab, ada yang ingin menjadi guru, pegawai, dokter,
perwat/bidan, pedagang, polisi, tentara, wartawan dan lain-lain.
Lalu beliau
menanggapi jawaban dari para santri, Kata beliau, aku ingin menjadi menteri.
Untuk itu menurut beliau bercita-citalah yang pasti karenanya belajarlah dengan
sungguh-sungguh, agar engkau berhasil dalam meraih cita-cita, dan jangan lupa
bedoa kepada Allah SWT.
Ternyata KH.
DR. Idham Chalid berhasil mencapai cita-citanya, yakni menjadi Perdana Menteri
II, Menteri Utama Bidang Kesra serta Menteri Tenaga Kerja.
Pahlawan Kesiangan
Pada Tanggal
30 September 1965, PKI dengan pemberontakan G.30S/PKI, telah mengadakan
pemberontakan kembali. Pada peristiwa G.30/SPKI, ketika PKI berkhianat kembali
pada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dimana TNI, juga warga NU yang
ada digaris depan ikut menumpas PKI.
Dengan demikian warga NU
yang dinahkodai KH. DR. Idham Chalid juga mempunyai andil yang cukup besar
dalam pembubaran PKI serta menyelamatkan
Indonesia dari disintegrasi nasionalis
dan pembubaran NKRI.
Istiqlal Bagian dari Karya Momentalnya
Masjid
Istiqlal merupakan kebanggaan ummat Islam di Indonesia khusunya dan di dunia
pada umumnya, masjid megah yang berdiri kokoh di pusat ibukota Republik
Indonesia Jakarta. Yang mana didirikan pada tanggal24 Agustus 1961, masjid ini
merupakanmasjid termegah di Asia Tenggara.
Ide ini lahir
dari para ulama dan tokoh ternama pada saat itu, di antaranya KH. Wahid Hasyim
(Menteri Agama RI pertama) H. Agus Salim, Anwar Cokrominoto, Ir. Sofyan, dan
KH. Taufiqurahman. Dan Ir. Soekarno sebagai kepala bagian teknik pembangunan
Masjid Istiqlal.
Proyek pembangunan
masjid ini tenyata tidak berjalan dengan lancar dikarenakan situasi politik
pada saat itu yang memang kurang mendukung dan menguntungkan.

Sang pembawa perubahan itu telah tiada
Indonesia
telah kehilangan salah satu putera terbaik bangsa Indonesia, yang berasal dari
Kalimantan Selatan, dengan meninggalnya KH. DR. Idham Chalid pada usia 88 tahun
yang meninggal pada hari Minggu, 11 Juli 2010 dan dimakamkan di komplek
Perguruan Darul Qur’an di Cisarua Bogor Jawa Barat pada Hari Senin 12 Juli
2010.
Marilah kita bersama-sama mendo’akan beliau,
semoga mendapat tempat yang mulia disisi Allah SWT serta mendapatkan cucuran
rahmat Allah SWT.*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar