Manusia
adalah makhluk yang paling sempurna diciptakan Allah diantara makhluk-makhluk
lainnya, dan setiap manusia pasti dibedakan oleh masing-masing levelnya, baik
itu level bawahan, menengah dan juga level yang tertinggi, dari sinilah
terkadang manusia masing-masing mengejar impiannya untuk menggapai kesuksesan
dan keberhasilan dalam memenuhi kebutuhan maupun meningkatkan levelnya
masing-masing.
Banyak
manusia yang menginginkan level kehidupannya selalu meningkat, berbagai cara
dilakukan untuk meningkatkan level kehidupannya, ada dengan pekerjaan,
pendidikan, keterampilan dan lain-lain semua dilakukan hanya untuk meraih
kepopularitasan.
Untuk
mencapai kepopularitasan dalam kehidupan didunia ini memang tidaklah mudah,
karena begitu banyaknya persaingan dalam bidang apapun, sehingga berbagai macam
cara dilakukan untuk meraih dan mencapai kepopularitasan hidup, karena memang
asumsi seperti inilah yang sudah membudaya bahkan menjadi dasar pemikiran
sebagian manusia untuk mendapatkan kepopularitasan dan meningkatkan level
kehidupannya di dunia fana ini.
Sedikit
menengok dalam kehidupan di era modern seperti sekarang ini, dunia tarik suara
maupun music, akting atau bersandiwara, lelucon atau lawak, semua ini dijadikan
langkah ataupun jalan untuk meraih kepopularitasan dalam kehidupan bahkan
dengan berceramah sekalipun atau bertausiah juga dijadikan sarana untuk meraih
kepopularitasan hidup.
Semua
ini memang perlu kita acungi jempol dan berikan aplaus kepada mereka semua yang
mampu melakukannya, karena tidak semua
orang mampu meraih kepopularitasan dengan cara demikian, dan sudah dipastikan
hanya orang-orang tertentu saja yang bisa melakukan dengan cara-cara tersebut.
Namun ada satu hal penting yang perlu kita cermati kembali, semua cara untuk
meraih kepopularitasan tersebut sudahkah sesuai dengan syariat Islam, dan
sudahkah cara tersebut sesuai dengan yang dianjurkan Islam ?, bukankah Islam
agama yang sempurna, dan bukankah Islam telah mengajarkan bahkan memberikan
solusi terbaik dalam berbagai hal apapun baik didunia maupun diakhirat.
Sebagaimana
dikatakan : “Barangsiapa yang
menginginkan kebahagiaan di dunia maka dengan ilmu, dan barang siapa yang
menginginkan kebahagiaan di akhirat maka dengan ilmu pula, dan barang siapa
menginginkan kebahagiaan keduanya maka juga dengan ilmu”.
Lalu
mengenai ilmu, maka hadits-hadits yang menerangkan mengenai tentang ilmu sangatlah
banyak. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Barang
siapa yang dikehendaki baik oleh Allah, tentu dia akan memberi kefahaman
kepadanya dalam hal agama dan mengilhaminya dengan kebenaran.
Kawan-kawan
semua, sahabat JenIs
dimanapun anda berada, saya sebagai penulis artikel disini bukanlah orang yang
pintar, ataupun ahli dalam bidang keilmuan, namun disini saya membuat sebuah
artikel hanya menginspirasikan apa yang ada dibenak saya yang memang menurut
saya perlu kita jadikan renungan. Perlu kita ketahui bahwa ilmu lebih utama
dari sekedar diucapkan tentang keutamaannya, lebih mulia dari diisyaratkan
tentang kemuliaannya, dan lebih tinggi dari sekedar disebutkan tentang
ketinggiannya.
Cukuplah
menunjukan kemuliaan ilmu itu bahwa setiap orang mengaku sebagai orang yang
berilmu padahal ia tidak memilikinya sama sekali. “Ibnu ‘Abdul Bar, ketika
mengomentari perkataan ‘Ali ini mengatakan, “Alangkah indah apa yang dikatakannya.”
Allah
SWT berfirman: “…………..Katakanlah, adakah
sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?......”(Q.S Az-Zumar {39}:9).
Adakah
sama orang ‘alim yang selalu mentadabburi ayat-ayat Allah SWT dan hidup dibawah
naungan hadits-hadits Rasulullah saw dengan orang yang menyia-nyiakan waktunya
untuk melakukan maksiat, minum-minuman, menari, dan hura-hura?
Firman
Allah lagi, “……..niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu beberapa derajat…….(Q.S Al-Mujadilah{58}:11).
Dalam
ayat ini kata derajat digunakan dalam
bentuk indefinitif (Nakirah) karena ia adalah sesuatu yang besar, yang tidak
diketahui bilangan dan kebesarannya kecuali hanya oleh Allah yang Maha Hidup dan
berdiri sendiri.
Kawan-kawan
sahabat JenIs
yang dimuliakan Allah SWT. Dari beberapa firman Allah di atas ada beberapa hal
yang perlu kita garis bawahi karena menyangkut dengan judul artikel ini bahwa,
Allah SWT menggabungkan kata Al-‘Ilmu dengan Al-iman, sebab ilmu tanpa iman
adalah kekufuran yang tidak memberikan manfaat diakhirat.
Ketika
melihat Qarun berjalan di hadapan orang-orang dengan perhiasan yang mencolok
karena takabur dan sombong, para pecinta dunia yang jahil berkata: “……, ‘Moga-moga kiranya kita mempunyai
seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun, sesungguhnya ia benar-benar
mempunyai keberuntungan yang besar,” (Q.S Al-Qashash {28}:79), tapi
orang-orang yang berilmu berkata, “……..Kecelakaan
yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang
beriman dan beramal shaleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh
orang-orang yang sabar.” (Q.S Al-Qashash {28}:80).
Dari
sinilah kita melihat bahwasanya kesuksesan didunia dan diakhirat tidaklah akan
tercapai tanpa adanya imu. Lalu bagaiman dengan kepopularitasan yang kini telah
ditawarkan dunia kepada kita semua, baik didunia acting, lawak, tarik suara dan
lain-lain yang memang menawarkan diri kita untuk menjadi orang yang terkenal
dan dikenal oleh semua orang ? kawan-kawan sahabat JenIs yang dimuliakan Allah SWT,
semua itu hanyalah hal-hal yang lebih banyak mengandung kemaksiatan, karena
memang dituntut untuk memberikan terbaik dan menampilkan produk-produk yang
merusak generasi kita. Coba kita lihat pakaian mereka, penampilan mereka semua
tidak ada yang mengandung pendidikan, apalagi pendidikan agama yang memang
dianjurkan Rosulullah. Apakah hal ini yang akan dikejar oleh kita semua, apakah
hal semacam ini yang yang jadikan idola dan bahkan kita contoh lalu diaplikasikan
dalam sehari-hari kita. Dan bahkan apakah semacam ini yang akan meningkatkan
level kehidupan kita untuk meraih kepopularitasan, sungguh memprihatinkan wahai
sahabat JenIs sekalian.
Dalam
memasarkan kemaksiatan dan produk-produk perusak iman, tipuan pack aging juga
menjadi strategi andalan musuh-musuh kita yakni iblis la’natullah. Ada istilah
tazyinul ma’ashi yaitu teknik mengemas maksiat agar terlihat baik atau minimal
tidak terlihat terlalu jelek di mata manusia. Maksiat yang dikemas dengan
cerdas dan menarik akan tetap dibeli manusia. Sebuah maksiat yang diharamkan
syari’at Islam akan menjadi samar-samar dan pada akhirnya akan diterima dan
dianggap sah-sah di mata masyarakat.
Kita
ambil contoh bagaimana waria atau kaum abu-abu yang dulu dianggap tabu dan tidak
wajar, saat ini menjadi sosok yang sangat diterima di masyarakat. Peran dalam
sinetron, presenter, dan humor akan semakin meriah dengan penampilan seorang
lelaki kemayu. Menjual peran waria
didunia hiburan sangatlah prospektif, sehingga ada pamakluman bahwa hal itu
dilakukan untuk mencari rezeki dan seharusnya memang tidak menjadi masalah
karena ditujukan untuk sebagai hiburan. Padahal didalam hadits yang
diriwayatkan Al-Bukhori, Rosulullah melaknat laki-laki yang bertingkah laku
seperti wanita dan wanita yang bertingkah laku seperti laki-laki. Disnilah
kelihaian iblis yang perlahan tapi pasti merubah syariat menjadi tak berarti.
Kita bisa melihat betapa liciknya trik musuh kita ini dalam menyesatkan
manusia.
Trik-trik
yang dilakukan iblis melalui metode kemasan yang selalu fleksibel dan mengikuti
perkembangan zaman. Setiap celah dimanfaatkannya untuk mengelabui manusia.
Dalam setiap generasi diciptakan idola-idola baru yangs ecara global
digandrungi oleh seluruh dunia tak terkecuali umat islam. Dunia music selalu
melahirkan penyanyi atau band-band baru yang secara tidak langsung
mempromosikan mode pakaian terbaru, tern rambut terbaru, lagu-lagu cinta dan
kebebasan.
Masih
banyak lagi tipuan-tipuan yang dilakukan oleh iblis disekitar kita. Yang harus
kita adalah selalu aware (sadar)
bahwa musuh kita tidak akan menyerah. Trik sehalus apapun akan dilakukan.
Meskipun kita telah melakukan kebaikan, beribadah dan menjauhkan diri dari
kemaksiatan, sebaiknya jangan berpuas hati dulu. Mungkin ibadah kita masih
dibumbui dengan ujub dan riya’. Boleh jadi kebaikan yang kita lakukan masih
belum ikhlas. Dan yang terpenting jangan pernah merubah kodrat yang telah Allah
tentukan kepada kita semua, jangan pernah tergiur dengan dunia, jangan pernah
memiliki rasa dengki, dendam, dan yang perlu juga buat kita, jangan pernah
melecehkan karya-karya orang lain ataupun berkomentar tanpa memberikan saran
yang membangun, sesungguhnya orang yang kita komentari itu adalah hamba Allah
yang juga mempunyai kekurangan. Beruntunglah kita memiliki Allah yang selalu
melindungi kita selama kita masih berada dalam koridor ketaatan dan
keimanan……!!!!
Wallahu a’lam bishawwab.*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar