Ghadldlul Bashar
Tundukan pandangan
|
Sebenarnya bukan hanya mengumbar
pandangan terhadap lawan jenisnya, melainkan juga orang yang matanya selalu
melihat dunia ini. Melihat sesuatu yang tidak ia miliki : rumah orang lain yang
lebih mewah, mobil orang lain yang lebih bagus, atau uang orang lain yang lebih
banyak. Hatinya lebih bergejolak memikirkan hal-hal yang tidak dimilikinya
daripada menikmati apa-apa yang dimilikinya..
Karenanya kunci bagi orang yang
memiliki hati yang bening adalah tundukkan pandangan! Mendapati lawan jenis
yang bukan muhrim, cepat-cepatlah tundukkan pandangan. Kalau melihat dunia
jangan sekali-kali melihat ke atas. Akan capek kita jadinya, karena rizki yang
telah menjadi hak kita tidak akan kita dapatkan. Lebih baik lihatlah ke bawah.
Tengoklah orang yang lebih fakir dan lebih menderita daripada kita. Lihatlah
orang yang jauh lebih sederhana hidupnya. Semakin sering melihat ke bawah,
subhanallah, hati ini akan semakin dipenuhi oleh rasa syukur dibanding dengan
orang yang suka menengadah ke atas.
Kalaupun kita akan melihat ke atas,
tancapkan pandangan kita ke yang Mahaatas sekaligus, yakni kepada Zat Penguasa
alam semesta. Allahu Akbar! Lihatlah Kemahakuasaan-Nya, Allah Mahakaya dan
tidak pernah berkurang kekayaan-Nya walaupun selalu kita minta sampai akhir
hayat. Orang yang hanya melihat ke atas dalam urusan dunia, hatinya akan cepat
kotor dan hancur. Sebaliknya, kalau tunduk dalam melihat dunia dan tengadah
dalam melihat keagungan serta kebesaran Allah, maka tidak bisa tidak kita akan
menjadi orang yang memiliki hati bersih yang selamat.
Buya Hamka (alm) pernah berkata,
"Mengapa manusia bersikap bodoh? Tidakkah engkau tatap langit yang biru
dengan awan yang berarak seputih kapas? Atau engkau turuni ke lembah sehingga
akan kau dapatkan air yang bening. Atau engkau bangun di malam hari, kau
saksikan bintang gemintang bertaburan di langit biru dan rembulan yang tidak
pernah bosan orang menatapnya. Atau engkau dengarkan suara jangkrik dan katak
saling bersahutan. Sekiranya seseorang amat gemar memandang keindahan, amat
senang mendengar keindahan, niscaya hatinya akan terbebas dari perbuatan keji.
Karena sesungguhnya keji itu buruk, sedangkan yang buruk itu tidak akan pernah
bersatu dengan keindahan."
Berbahagialah orang yang senang
melihat kebaikan orang lain. Tatkala mendapatkan seseorang tidak baik
kelakuannya, ia segera mahfum bahwa manusia itu bukanlah malaikat. Di balik
segala kekurangan yang dimilikinya pasti ada kebaikannya. Perhatikanlah
kebaikannya itu sehingga akan tumbuh rasa kasih sayang di hati. Mendengar
seseorang selalu berbicara buruk dan menyakitkan, segera mahfum. Siapa tahu
sekarang ia berbicara buruk, namun besok lusa berubah menjadi berbicara baik.
Karenanya, dengan mendengarkan kata-kata yang baik-baiknya saja, niscaya akan
tumbuh rasa kasih sayang di hati.
Jalaluddin Rumi pernah berkata,
"Orang yang begitu senang dan nikmat melihat dan menyebut-nyebut kebaikan
orang lain bagaikan hidup di sebuah taman yang indah.
Ke sini anggrek, ke sana melati. Pokoknya kemana saja
mata memandang yang nampak adalah bebungaan yang indah dan harum mewangi.
Dimana-mana yang terlihat hanya keindahan. Sebaliknya, orang yang gemar melihat
aib dan kejelekkan orang lain, pikirannya hanya diselimuti dengan aneka
keburukan sementara hatinya hanya dikepung dengan prasangka-prasangka buruk.
Karenanya, kemana pun matanya melihat, yang tampak adalah ular, kalajengking,
duri, dan sebagainya. Dimana saja ia berada senantiasa tidak akan pernah dapat
menikmati indahnya hidup ini."
Sungguh berbahagialah orang yang pandai
memelihara pandangannya karena ia akan senantiasa merasakan nikmatnya
kebeningan hati. Allah Azza wa Jalla adalah Zat Maha Pembolak-balik hati
hamba-Nya. Sama sekali tidak sulit baginya untuk menolong siapapun yang
merindukan hati yang bersih dan bening sekiranya ia berikhtiar sungguh-sungguh.
Allahu’alaM.***(Idim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar