SANG IDOLA


SANG IDOLA

S
etiap orang, terlebih lagi remaja, tentunya memerlukan sandaran dan tokoh idola, lalu kemana kira-kira ia menghadapakan mimik kekaguman dan desak detak ketakjuban di seantero jagad yang luas dan periode sejarah yang telah begitu panjang ini? Subhanallah.... tentu saja akan ada yang bersemangat untuk mengatakan tidak pantas seseorang muslim mengambil idola selain Rasulullah SAW.
Ya. Tapi sebatas apa ia kenal tentang Rasulullah SAW? ucapan Rasul sebagai idola  (sebenarnya saya lebih suka kata teladan atau uswah) tak pantas hanya menjadi teriakan dan tulisan di kertas saat mengisi biodata.
Saya hanya ingin menjadi pelajaran untuk kita –sebagai remaja-  maupun calon orang tua agar memberi perhatian besar pada pendidikan Sirah Nabawi. Kisah teladan para pendahulu kita yang mulia dari kalangan para Nabi, sahabat, tabi’in dan para ulama ? Agar saat kita memerlukan tokoh anutan, kita tidak kehilangan arah, Ya.. sebelum itu kita justru lebih mengenal Marx Lenin, Che Guevara, dan papa penjaga hiburan  penuh nafsu, yang telalu mulia untuk menyebutnya. Demi Allah saya yakin, hidup dan perjuangan Rasulullah beserta sahabatnya lebih dasyat, memukau dan membuat detak ketak jantung.
Kini, saatnya kita menfokuskan diri tentang bagaimana tokoh kita ini memulai masa mudanya, mengisi waktu luangnya, strateginya dalam memecahkan masalah, sikapnya menghadapi tekanan-tekanan, bagaiman ia membangun persahabatan dan masih banyak lagi. Anda adalah seorang manusia dewasa yang mampu memelah dan menelaahnya.
Berikut ini kriteria tokoh anutan :
1.  Harus jelas bahwa ia memang benar-benar ada
2.  Segala pernak-pernik kehidupannya harus lengkap tercatat secara objektif, tanpa bumbu-bumbu palsu dan pemanis buatan
3.  Sisi hidupnya sedapat mungkin sesuai dengan kondisi kita
4.  Kita pilih yang kehidupannya tanpa cacat, terutama di penghujungnya
5.  Ini yang terpenting dia harus benar-benar bisa dan mungkin untuk di contoh
Kita tentu sepakat bahwa Rasulullah SAW adalah figur sejarah yang kesejarahannya tak terbantahkan. Beliau bukan tokoh fiktif, rekaan, mitos, ataupun cereta rakyat, beliau nyata.
Tak ada satupun tokoh sejarah yang riwayat hidupnya , tindak-tanduknya, ucapannya, cara hidunya dan seluruh pernak-pernik kesehariannya tercatat selengkap beliau, bahkan catatan itu pun dibuat seteliti mungkin, di bersihkan dari praduga, kira-kira dan segala syak wasangka. Malu rasanya kalau kita harus mengganti posisinya sebagai uswah dengan tokoh apapun yang tak jelas. Apalagi yang jelas punya cacat.
Mengapa beliau layak ?
Tentu kita semua ingat bagaimana beliau membentuk mental pemimpin yang penuh kasih dan terampil  menata purom menjadi penggambala di usia 8 tahunan, juga bagaimana beliau berpetualang sampai mancanegara menjadi asisten niaga jujur di usia 12 tahunan, atau menjadi manager unit niaga internasional di usia duapuluhan. Itulah cara beliau mengisi di usia muda.
Kita juga dapati hasil didikan beliau, anak muda seperti Ali menghabiskan masa mudanya bersama mengikuti rumah tangga mulia Rasulullah SAW. kita dapati Anas bin Malik mengisi masa mudanya dengan berlatih bekerja di kediaman Nabinya, mendengar setiap kata-katanya, memeperhatikan setiap tindak-tanduknya, dan menghafal wasiatnya. Kita juga menyaksikan Ibnu Abbas menghadapi hidup dalam lapangan keilmuan yang terbentang luas. Bayangkan, ia berbaring beralaskan surban di depan pintu orang yang ia harap dapat mengajarkan satu kalimat hadits saja. Ia menunggu di situ tanpa mengetuk pintu sampai penghuni rumah yang  ia tunggu keluar sendiri.
Ah..  Tampaknya sebuah kesalahan besar jika di usia muda ini tenggalam dalam angan-angan tentang tokoh idola, atau kita terjebak pada nilai-nilai fisik anutan kita tanpa belajar esensi dari keteladanannya. Keteladanan Rasulullah SAW mengajarkan pada kita nilai Produktifitas. Ya... produktifitas di saat usia muda, sebelum datang masa melemahnya tulang dan rapuhnya sendi, Maka bergeraklah.... tulang-tulang perkasa. Semangat........ Allahu Akbar. (Haina - Mahasiswi STIQ semester I)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar